Kamis, 30 Januari 2014

KRITIK TIPYCAL "ISTANA

KRITIK TIPYKAL “ISTANA MERDEKA”
·         Pengertian Kritik Tipikal
Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative originals (keaslian inovasi).Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas, utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan  kesemuanya dapat terangkum dalam satu typologi. Menurut Alan Colquhoun (1969), Typology & Design Method, in Jencks, Charles, “Meaning in Architecture’, New York: G. Braziller : Type pemecahan standard justru disebut sebagai desain inovatif. Karena dengan ini problem dapat diselesaikan dengan mengembalikannya pada satu convensi (type standard) untuk mengurangi kompleksitas.
March, Lionel and Philip Steadman (1974), The Geometry of Environment, Cambridge : MIT Press, bahwa pendekatan tipopolgis dapat ditunjukkan melalui tiga rumah rancangan Frank Lloyd Wright didasarkan atas bentuk curvilinear, rectalinear dan triangular untuk tujuan fungsi yang sama. Kritik Tipikal diasumsikan bahwa ada konsistensi dalam pola kebutuhan dan kegiatan manusia yang secara tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan lingkungan fisikElemen Kritik Tipikal
Typical Criticsm didasarkan atas :
1.    Struktural (Struktur)
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan dikaitkan dengan lingkungan yang dibuat dengan material yang sama dan pola yang sama pula.
ü  Jenis bahan
ü  Sistem struktur
ü  Pemipaan
ü  Duckting dsb.
2.    Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
ü  Kebutuhan pada ruang kelas
ü  Kebutuhan auditorium
ü  Kebutuhan ruang terbuka dsb.
3.    Form (Bentuk)
Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain. Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya. Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya. Menurut Mc. Donald (1976), The Pantheon, Cambridge: Harvard :
Secara simbolis dan ideologis Pantheon dapat bertahan karena ia mampu menjelaskan secara memuaskan dalam bentuk arsitektur, segala sesuatunya secara meyakinkan memenuhi kebutuhan dan inspirasi utama manusia.  Melalui astraksi bentuk bumi dan imaginasi kosmos dalam bentuk yang agung. Arsitek Pantheon telah memberi seperangkat simbol transedensi agama, derajad dan kekuatan politik.
·         Keuntungan Kritik Tipikal
    1. Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
    2. Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
    3. Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
    4. Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
    5. Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.
·         Kerugian Kritik Tipikal
1)      Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
2)      Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
3)      Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
4)      Tidak memeiliki pemikiran yang segar
5)      Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

·         Kritik Arsitektur Tipykal “ Istana Merdeka”
Istana Merdeka adalah tempat resmi kediaman dan kantor presiden indonesia yang terletak satu kompleks dengan Istana Negara dan Bina Graha. Letaknya menghadap ke Taman Monumen Nasional (Monas) Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Pada mulanya bangunan seluas 3.375 m2 berarsitektur gaya Yunani Kuno ini bertingkat dua. Tapi pada 1848 bagian atasnya dibongkar; dan bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang bertahan sampai sekarang tanpa ada perubahan yang berarti.
A.    Struktur
Istana merdeka memiliki struktur rumah panggung dengan kolom doria dengan beton Bangunan seluas 2.400 m2 itu terbagi dalam beberapa ruang. Konsep pembangunan Istana Merdeka mengikuti konsep pembangunan rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara (ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan. Dengan hadirnya teknologi penyejuk udara di masa modern, bagian bawah bangunan ini kemudian ditembok dan diubah menjadi berbagai ruang layanan, seperti dapur, gudang, dan sebagainya.

B.     Fungsi
Istana Kepresidenan Jakarta fungsinya lebih difokuskan kepada kegiatan resmi kepresidenan, selain sebagai kantor Presiden Republik Indonesia juga sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, pelatikan pejabat-pejabat tinggi negara, pelantikan perwira muda TNI, penerimaan tamu-tamu negara, penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat, pembukaan musyawarah dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasional, dan sebagai tempat memperingati Detik-Detik Proklamasi pada setiap tanggal 17 Agustus.
Bangunan Istana Merdeka terbagi dalam beberapa ruang, yaitu Serambi Depan, Ruang Kredensial, Ruang Jamuan, Ruang Resepsi, Ruang Bendera Pusaka dan Teks  Proklamasi, Ruang Kerja, Ruang Tidur, Ruang Keluarga atau Ruang Istirahat dan Dapur.



C.    Bentuk
Gaya arsitektur Palladio yang merupakan kebangkitan dari gaya arsitektur Klasisisme (gaya yang dianggap sebagai puncak seni bangunan yang paling tinggi) yang dikembangkan di Yunani pada abad 5 sebelum Masehi, tampak jelas dari eksterior gedung yang menampilkan pilar-pilar bercorak Yunani. Istilah  Palladio diambil dari nama seorang arsitek terbesar abad ke-16 berkebangsaan Italia, Andrea Palladio yang menciptakan gaya dan proporsi bangunan-bangunan Yunani dan Romawi kuno di daratan provinsi disekitar Venesia. Karya Palladio sangat mendasarkan pada simetri, perspektif, dan nilai-nilai formal arsitektur kuil klasik Yunani dan Romawi kuno (http://en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio).
Kesan yang digambarkan oleh gaya arsitektur Palladio adalah kokoh dan anggun sifat-sifat yang ingin dilambangkan untuk para penghuni Istana. Ada enam saka bundar laras Doria di bagian depan Istana Merdeka. Kesan arsitektur Palladio juga terlihat pada bingkai-bingkai jendela dan pintu yang besar disamping lengkung-lengkung gapura di kedua sisi Istana Merdeka.



Rabu, 29 Januari 2014

KRITIK DESKRIPTIF

KRITIK DESKRIPTIF “ISTANA MERDEKA”
Istana Merdeka mulai dibangun pada tahun 1873 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Louden dan selesai pada tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Johan Willem van Landsbarge.

Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 2.400 meter persegi, oleh arsitek Drossares. Istana Negara juga dikenal dengan nama Istana Gambir. Istana berdiri di atas areal 15 heaktar. Dari depan, bangunan istana tampak putih kemilau. Enam pilar doria besar dan tinggi menompang bagian depan istana yang Nampak megah dan kokoh . halaman depan di hiasi bentangan rumput yang terawat baik dan mirip sebuah permandani hijau. Di dalam tanam hijau ini terdapat kolam yang berhiaskan barisan bunga teratai lambang kesucian yang terbuat dari batu semen sebagai penghias. Sebuah tiang bendera menjulang tinggi dan di puncaknya selalu berkibar sang bendera merah putih. Untuk menuju serambi depan, harus menapaki 16 anak tangga dari pualam. Di tengah tangga selebar 21 meter ini terhampar permadani merah selebar 2 meter, dan di atas tergantung tiga lampu Kristal berukuran besar. Di serambi dengan serta halaman depan istana ini pada setiap tanggal 17 agustus, di lakukan upacara peringatan HUT kemerdekaan RI dan detik – detik proklamasi berupa parade senja yang di meriahkan oleh pagelaran drumband. Kedua bangunan itu berada di kawasan yang dimasa lalu bernama Weltervreden (dalam bahasa Belanda berarti ”sangat memuaskan”)Weltervreden kala itu dikenal sebagai kota yang tertata cantik dengan pohon-pohon yang dipangkas rapi seperti di taman-taman Eropa.
Istana kepresidenan jakarta merupakan salah satu bangunan yang terpengaruh gaya greko roman, Istilah Greko-Roman lahir pertama kali atas kesepakatan kongres para arkeolog di Caen, Perancis tahun 1825 dengan sebutan 'Grieken Romaneschestijl'. Pengaruh terakhir dari Greko-Roman ini terhadap perkembangan gaya-gaya arsitektur terjadi pada periode Gaya Postmodern dalam arsitektur, sehingga sering juga disebut sebagai 'Postmodern-Classicism Architecture'.
Beberapa bangunan terkenal sepanjang masa yang banyak memakai orde-orde ini antara lain; Colloseum dan Pantheon di Roma, Mesjid Sulaymanae di Istambul Turki, Le Lovre di Paris. St, Peter's di Roma, Bahkan Gedung Putih di Washington dan tak ketinggalan Istana Negara di Jakarta.
Greko-Roman dengan tampilan orde-orde ini adalah ornamen arsitektur yang tidak mengenal batas-batas kultural dan menembus zaman. Mulai dari bangunan Keagamaan, Istana Pemerintahan, bahkan sampai kerumah-rumah penduduk di pelosok.Di Indonesia, pengaruh Greko-Roman terjadi pada pertengahan Abad XVII dimana mulai dibangunnya rumah-rumah mewah dan besar (Landhuizen) milik para pejabat tinggi VOC. Arsitektur rumah-rumah tersebut berbentuk bangunan Indhies dengan pemakaian kolom-kolom berorde pada fasade bangunan. Ada beberapa bangunan peninggalan colonial ini yang masih terlihat sampai sekarang yang umumnya memakai kolom-kolom berorde dorik antara lain; Istana Merdeka merupakan bekas Istana Gubernur Jenderal di Riswijk, Gedung Juang 45, Istana Bogor, Klenteng Sentiong, Gedung Pancasila, Museum Nasional (Museum Gajah), dan juga di beberapa kota besar lainnya di Indonesia.
Pada tahun 1869 Istana Negara dan Istana Merdeka dibangun mengikuti konsep rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara (ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan.Gaya arsitektur Pallado tampak jelas dari eksterior kedua gedung ini yang menampilkan saka-saka bercorak Yunani. Ada enam saka bundar laras Doria di bagian depan Istana Merdeka, sedangkan bagian depan Istana Negara menonjolkan 14 saka dengan laras yang sama. Kesan arsitektur Palladio juga terlihat pada bingkai-bingkai jendela dan pintu yang besar disamping lengkung-lengkung gapura di kedua sisi Istana Merdeka. Beberapa arca kuno juga menghiasi berbagai sudut pekarangan Istana Jakarta. Salah satu diantaranya adalah arca Dhyani Boddhisattva, yang berasal dari Jawa Tengah pada abad ke-9 merupakan arca langka yang sudah ada disana sejak masa Hindia-Belanda.

Secara bertahap Istana Jakarta pun mengalami perubahan wajah. Kegemaran Ibu Negara Tien Soeharto terhadap ukir-ukiran kayu Jepara dengan segera mengubah penampilan Istana. Di luar bergaya Palladio, didalam bergaya Jepara.

Istana Merdeka mulai dibangun pada tahun 1873 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Louden dan selesai pada tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Johan Willem van Landsbarge. Bangunan ini berdiri di atas tanah seluas 2.400 meter persegi, oleh arsitek Drossares. Istana Negara juga dikenal dengan nama Istana Gambir. Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, istana ini menjadi saksi sejarah dilakukannya penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Republik Indonesia Serikat diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Kerajaan Belanda diwakili oleh A.H.J Lovink, Wakil Tinggi Mahkota di Indonesia.
Setelah penandatanganan naskah kedaulatan Republik Indonesia Serikat, bendera merah putih dikibarkan menggantikan bendera Belanda, bersamaan dengan dinyanyikannya lagu Indonesia Raya dan pekik merdeka oleh bangsa Indonesia. Sejak saat itu nama Istana Gambir diganti menjadi Istana Merdeka.